Monday, May 5, 2008

Allah Roh Kudus


Sebuah catatan untuk retret

A. Siapa?


- Roh Pencipta (Gen 1:2)

- Pribadi "ketiga" dalam Tritunggal: kekuatan Sang Kasih antara Bapa dan Putra. Aspek dinamis kasih Allah yang selalu “bergerak keluar.” Maka Roh juga sering disebut Roh Cinta Kasih Allah. Cf. Cinta yang butuh diungkapkan keluar. If the power of human love can move every obstacle, then the power of God’s love can move EVERYTHING! See para Rasul!

- The Shy God: karena Roh Kudus adalah roh maka Dia tak tampak, “bersembunyi di balik sejarah,” tapi merupakan kekuatan dan hidup dalam sejarah Gereja dan hidup manusia (Yoh 3:6.8). “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Maka dari itu Dia juga mendapatkan nama sebagai “Allah yang paling misterius.” Lihat sejarah Gereja, dalam saat-saat Gereja dalam kegelapan, Roh membangkitkan orang-orang kudus, para doctor dan pujangga Gereja yang ajarannya menggema sampai sekarang.

- Dominum et Vivificantem (encyclical of John Paul II): Roh Kudus adalah Sang Tuhan dan Pemberi Hidup. Ingat dalam Credo Roh juga adalah Tuhan yang patut disembah, mengapa? Karena Dia adalah Roh yang memberikan kehidupan: yang mati dihidupkan kembali, yang lesu dibangkitkan, yang bersemangat dibakar di dalam kasihNya yang menyala-nyala. Paus dengan solemn meletakkan Gereja dalam bimbingan Roh Kudus dalam menjalani millennium ke tiga. Adakah kita berpartisipasi dalam hidup Roh? Kapan? Bagaimana? Terlalu muda? Terlalu sibuk? Nanti? Banyak eksekutif muda, dokter, engineers, bahkan anak-anak sma yang hidup dibimbing Roh. Bukan orang-orang peragu, tapi orang-orang beriman!!!


B. Peranan

- Penolong (advocate: parakletos). Ingat pesan Yesus bahwa Dia akan mengirim penolong yang akan mengingatkan kita akan segala ajaran dan hidup Kristus, lihat Yoh 14:16-18: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.”

- How the Spirit teaches and leads us to the truth? The Spirit teaches the truth through love and wisdom. “Spirit is the kiss of God,” said St. Bernard of Clairvaux, "The tender kiss of the mouth of God who spires the breath of life to God’s spouse the Church, his people."

- This gentle love and wisdom is contrary to harsh teaching. I taught young people to believe in Jesus who lives among us, and who presents in the Holy Eucharist. My academic teachings were like passing wind for them. When, however, I took them to have a Bible camp with many spiritual exercises and prayers, and of course the experience of the Holy Spirit, they were just like booom!!! After the retreat, they said to me, “Now Father, we know that Jesus is alive and He really is. He is awesome. He loves us. His love is great. He is here. The Spirit is alive. He is gentle but strong, strong but gentle, awesome. Praise God!!” I was just speechless, even the seminarians who studied theology for years even cannot share this experience, but these young friends were different. I had taught them for years without result, but the Spirit could do it with just one click. Wow. Their life then changed, now they have more faith although often they experiences the hardness of life. Wow. They are now more passionate when they are talking about Jesus, about Father and about Spirit, than before. They have now a true knowledge about God, while still humbly they awe His great mystery. The Holy Spirit leads those young people to the truth.

- Penghibur (Yoh 14:26): “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

- Roh ini yang mengajar St. Teresa Avila dalam inner journey-nya ketika dia kesulitan mencari pembimbing rohani yang cocok dan yang bisa membimbing dia, karena semuanya cuma mendangkal saja dibandingkan dengan dirinya waktu itu, maka satu-satunya yang bisa membimbingnya adalah Allah sendiri. Setelah dinasihati oleh salah satu pembimbing rohaninya untuk berdoa novena Roh Kudus, maka ada suatu kekuatan yang “masuk” dan dia berkata: “Now…I know…I know everything clearer…God is speaking directly to me…..!”

- Peranan besar Roh Kudus adalah membuat Allah yang kita KETAHUI menjadi Allah yang kita ALAMI. Oleh Roh itu kita berseru: "Ya Abba, ya Bapa!” (Rom 8:15). Allah yang agung itu kita “kenal” dengan Bapa, sebutan yang intim, hanya Roh yang “mengajar” kita menyebut Allah sebagai sungguh-sungguh Bapa. Mereka yang tidak mengalami Allah sebagai Bapa tidak akan pernah menyapa Allah sebagai Bapa dengan sepenuh hati, dengan bibir, bukan dengan hati. Pengalaman akan Allah ini menjadi sangat krusial dalam kehidupan iman kita. Inilah kunci dan pegangan pokok kita dalam menghadapi tantangan zaman yang makin sulit dan hidup kita setiap hari. Allah itu H I D U P: Vivit Dominus et in cuius conspectu sto!
(Allah HIDUP dan aku selalu berdiri di hadiratNya).

C. Simbol-simbol Roh Kudus

- Burung merpati (Mat 3:16) (lambang perdamaian)
- Api/lidah api (merah) (Kis 2:1-47) (lambang semangat menyala-nyala)
- Air yang mengalir (Yoh 4:10.13-14) (lambang penghiburan)
- Angin (Yoh 3:8) (lambang misteri namun kuat)
- Tangan (Luk 11:20, jari; Mat 12:28, Roh; Mk. 3:28-30, Roh) (lambang kekuatan/wibawa Allah)


D. Karunia/charismata

a. What is a charism?


“The word charisma appears only in Paul’s writing (also in 1 Pet 4:10), and that sixteen times. Its use is fairly constant, even when applied once in a particular way (2 Cor 1:11). The term charisma, then, has to be understood in connection with the word CHARIS, “grace”. Charisms are gift or talents, which Christians owe to the grace of God. That grace aims at the realization of salvation, and Christians are called to put the charisms at the service of the Body of Christ for its building up (1 Cor 12:7). These gifts or talents are as much from “God” or the Lord as from the Spirit (1 Cor 12:4-6).” (Yves Congar, I Believe in the Holy Spirit)

Karunia boleh diminta,namun jawabannya terserah Allah, maka mohonlah (jangan memaksa) karunia-karunia dengan rendah hati. Ada banyak orang yang setengah-setengah dan selalu ragu-ragu di sini. Jika keadaan orang-orang itu selalu demikian, saya melihat hal ini sebagai suatu kesombongan rohani, yakni menghalangi Allah berkarya secara menyeluruh dalam dirinya. I am taking control of myself, not God! Saya merasa bahwa ada yang mendapat karunia dan butuh untuk dikembangkan tapi menjadi terhambat karena yang lain sombong dan selalu ragu-ragu. Apakah kita takut tidak menjadi gaul lagi dan takut dikatakan sok suci? Kalo gitu ya gaul aja terus seumur hidupmu dan tidak pernah menjadi matang dan selalu takut-takut mengambil keputusan yang benar.


b. Bahasa Roh

Karunia yang paling kontroversial, seringkali kesalahpahaman kedua belah pihak menyebabkan perselisihan antara karismatik dan non karismatik, yang satu mengabsolutkan dan yang lain menolak mentah-mentah. Ini tidak benar karena ingat prinsipnya: SETIAP KARUNIA ROH ADALAH UNTUK MEMBANGUN TUBUH KRISTUS.

Karunia bahasa Roh adalah KARUNIA DOA, karena itu sifatnya personal/pribadi, bukan karunia publik seperti karunia untuk mengajar. Karunia ini sifatnya pribadi, tapi doa pribadi-pribadi yang kuat juga akhirnya membangun Tubuh Kristus.

Apakah karunia bahasa Roh ini sebuah glossolalia (berbicara dalam gumaman yang tidak jelas) or xenoglossia (berbicara dengan fasih dalam bahasa asing tanpa belajar)? Keduanya, tapi lebih pada glossolalia, meskipun memang dalam beberapa kasus ada xenoglossia, e.g. at the first Pentecost. Setelah diadakan penyelidikan, tak ada fenomen bahasa (grammar) di dalamnya, ini melulu ungkapan Roh pada Allah mysteriously (I Cor 14:2), suatu stenagmois alaletois (inexpressible groanings, Rom 8:26) dan untuk membangun hidup rohani pribadi (I Kor 14:4).

Karunia bahasa Roh ini adalah karunia yang baik, tapi tidak begitu penting jika dibandingkan karunia lain yang memiliki dampak sosial langsung (nubuat, I Cor 14:3). Karunia ini adalah karunia biasa (bdk. zaman ‘emas’ karunia ini dlm Kisah), dan bukan karunia elitis yang membuat kita eksklusif dan merasa diri lebih tinggi daripada yang lain. Ini yang banyak terjadi di dalam diberikannya karunia yang kontroversial ini. Kalau karunia itu sungguh dari Roh, maka akan membuat kita tetap rendah hati dan bersatu, namun kalau membuat kita sombong dan memecah belah, jangan-jangan itu dari roh jahat.

Akan tetapi orang sering memandang karunia ini aneh. Mengapa aneh?!

Pertama, karunia ini sudah lama dalam sejarah Gereja tersembunyi di balik dinding-dinding biara. Sekarang muncul lagi ke permukaan, bahkan di kalangan kaum awam, maka dianggap aneh. Tapi jika kita lihat kisah para rasul, di sana diwartakan bagaimana karunia bahasa Roh itu muncul dengan suburnya di mana-mana, bahkan menjadi semacam “tanda” bahwa orang tersebut telah menerima Roh Kudus.

Siapa yang tidak bersikap aneh jika berhadapan dengan yang Mahakuasa? Dengan boss saja kita bisa salah tingkah, apalagi jika kita berhadapan dengan Allah. Hanya Roh yang bisa berkata-kata di hadapan hadirat Allah itu dengan bahasa yang tidak kita mengerti karena itu di luar kemampuan bahasa kita. Roh yang berdoa pada Allah dalam kita. St. Paulus menasihati kita: “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8:26-27).

Kita tak perlu takut akan karunia ini, dampak yang terjadi setelah menerima karunia ini adalah: tenang-damai, lega karena Roh yang menguasai Anda, pikiran terfokus tidak meloncat-loncat seperti yang sering kita keluhkan dalam berdoa, dan we'll feel the great love of God. Karunia ini adalah karunia yang dirindukan oleh para pendoa dalam Gereja. Kita juga dipanggil untuk menjadi pendoa dalam Gereja. Ingat kata Karl Rahner: “The future Christians must be a mystic or not a Christian at all.”

Jangan menolak karunia ini, sekali lagi jangan menolak. Yang penting adalah pasrah dan berserah akan apa yang hendak Tuhan berikan pada kalian. Yang tak mendapat tak usah dipaksakan, jadi pura-pura, aneh, bahkan gila! Bagi yang mendapat jangan pamer karena ini bukan barang mainan dan bukan tanda tingkat kesucian.

Tidak ada status rohani yang lebih tinggi antara yang mendapat karunia ini dan mereka yang tidak mendapatkannya. Ada uncountable karunia yang tersedia, jangan takut. Tapi sekali lagi karunia ini common, umum.


c. Healing

I Cor 12:9, 28-30. The Spirit is the messianic gift par exellence. Healing merupakan karunia spektakuler yang diberikan Roh. Sekali lagi bukan untuk sombong, tapi untuk lebih menunjukkan kuasa Allah yang bekerja lewat kita yang lemah dan berdosa.

Healing mau menunjukkan bahwa semua pengetahuan dan sains yang baik dan indah itu baik dan berguna, namun tetap subordinated di bawah kuasa Allah. Jadi healing mau menempatkan Allah pada posisi yang sebenarnya. Jadi tak bertentangan dengna obat-obatan dan dunia kedokteran.

Healing ini tidak bertentangan dengan sacraments of healing, yakni: pengakuan dosa dan pengurapan orang sakit, but complementary!


d. Sabda pengetahuan/prophecy


Suatu karunia untuk discerment: untuk diri sendiri maupun within the community. Seseorang yang dikarunia kepekaan yang lebih tajam akan pembedaan roh-roh dan akan kejadian di sekitar ( I Tes 5:19-22). Suatu insight yang mendalam terhadap situasi hic et nunc.

Hal ini menjadi intens dalam hidup orang kudus, ada yang sampai pada tahap membaca pikiran orang (e.g. Padre Pio).

Sabda ini penting untuk menafsirkan karunia apa yang tampaknya janggal bagi seseorang Contoh: Dalam suatu retret seorang pemuda merasa mendapat perintah Allah untuk menyembuhkan. Apa maksud Allah memberiku perintah untuk "menyembuhkan"? Ternyata setelah melakukan bimbingan dengan orang yang mendapat karunia ini, disimpulkanlah bagi pemuda itu bahwa Allah meminta dia untuk menyembuhkan kebodohan teman-temannya dengan belajar bersama, karena memang dia seorang jenius di kelasnya, namun kurang sosial hidupnya. Jadi terjadi dua kesembuhan: si pemuda itu sendiri dengan menjadi lebih sosial, dan teman-temannya dengan menjadi lebih pandai.

But be really careful dng karunia yang indah ini, untuk mengembangkannya butuh pendamping yang matang (spiritual director), karena seringkali kalau kita tidak hati-hati, kuasa kegelapan akan menyelip dan menyamar sebagai malaikat terang. Akal budi yang sehat juga diperlukan, untuk membuat insight dan karunia prophecy ini menjadi balance, karena akal budi juga karunia Allah yang sangat luhur.

Catatan penting:
ADA BANYAK RUPA-RUPA KARUNIA, TAPI HANYA ADA SATU ROH (I Kor 12:4). KARUNIA YANG MURNI AKAN TETAP MEMBIMBING ORANG BERSATU DENGAN KOMUNITAS, DENGAN BUNDA GEREJA (I Kor 12:7), DAN BUKAN MEMECAH BELAH, MEMBENTUK KELOMPOK SENDIRI-SENDIRI DAN MEMUASKAN EGOISME DAN AMBISI PRIBADI. ROH KUDUS ITU MENYATUKAN DAN BUKAN MEMECAH BELAH. PENTEKOSTA MERUPAKAN KONTRA DARI BABEL.