Thursday, February 21, 2008

New Springtime


Siaran Radio Surabaya, Desember 2006

I Timotius 4: 12
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”


Shalom sobat muda,

What’s up? Saya harap kalian semua sungguh dalam keadaan bahagia karena diberkati Tuhan. Amin.

Tau nggak para sobatku bahwa Setan ternyata sekarang sudah ikut-ikutan manusia untuk berbisnis. Tentunya untuk berbisnis ia membutuhkan modal bukan? Maka dari itu ia mulai menggadaikan barang-barang yang ada padanya. Ternyata barang-barang itu adalah senjata-senjata ampuhnya! Diambilnya perlengkapan senjata itu dari lemari penyimpanannya. Senjata-senjat itu antara lain: kedengkian, kebencian, iri hati, kecemburuan, keserakahan, nafsu dan tipu muslihat. Ini semua benda-benda ampuh yang berharga bagi bisnis para setan.

Namun si setan bisnisman ini kemudian merasa sayang dengan satu barang yang berbentuk seperti kapak tajam itu. Senjata itu tampak sering dipakai olehnya sehingga masih terasah tajam.

Seekor setan lain bertanya padanya, “Bung, ini barang apa, kok kamu merasa sayang untuk menggadaikannya?”

Jawabnya, “Wah mahal sekali ini senjata. Nenek moyangku mewariskannya turun temurun, sejak kita terlempar keluar dari Taman Eden.”

“Apa sih nama senjata ampuh ini Bung?” tanya setan petugas gadai.

“Ini namanya kapak KE-PUTUS-ASA-AN.”

“Lalu mengapa harga senjata ini lebih mahal daripada yang lainnya? Kelihatannya yang lain juga hebat-hebat.”

“Sebab,” jawab setan bisnisman, “dengan senjata itu aku dapat membuka dan masuk ke dalam alam sadar seseorang. Dengan alat lain aku tidak dapat mendekati mereka dan melakukannya. Begitu kapak keputusasaan membelah seseorang dan masuk ke dalam dirinya, barulah aku dapat menggunakan senjata yang lain untuk merusak orang tersebut.”

“Jadi kamu tetap tidak mau menggadaikan senjata itu?”

“Nggak ah, dengan senjata ini bisnis jiwa-jiwaku untuk neraka akan mendapatkan untung yang banyak! Hahahaha!”

Maka mulailah setan bisnisman mencari mangsa untuk dapat menancapkan kapak tajam yang berbahaya itu.

Keadaan kita hidup sekarang ini memang penuh dengan tantangan yang menakutkan. Di mana saja, tanpa kecuali!

Jika kita mengira bahwa di luar negeri keadaannya akan menjadi lebih baik, saya kira juga tidak. Memang baik secara ekonomis ataupun keamanan hidup, tapi tantangan besar lain masih menanti juga.

Kita juga menghadapi situasi yang amat memprihatinkan di negara kita.
Misalnya saja:

- Hukum dipermainkan. Hakim akan bungkam kalau disuap dengan uang. Di jalanan hukum lalu lintas bisa dibeli hanya dengan, “Damai Pak, nih Rp. 20.000.” Di hadapan kaum berduit hukum seolah bungkam.

- Juga dengan korupsi. Oh mengerikan sekali! Dari orang di pusat sana sampai di pelosok-pelosok korupsi merajalela, seolah-olah situasi berkata, “Lu kalo nggak korup berarti ketinggalan jaman. Korup kan trendy!”

- Korup ini tidak tanggung-tanggung, sampai-sampai uang sumbangan untuk bencana alam juga dikorup! Apa nurani orang-orang itu sudah bisu tuli??? Masakan orang lain menderita, mereka yang sudah berkecukupan malah menjejali diri mereka dengan uang yang seharusnya menjadi hak orang kecil untuk menyambung hidup. Mengerikan sekali.

- Lumpur LAPINDO yang menutupi Porong-Sidoarjo adalah dampak lain dari kesemberonoan dan mental korup. Dimana teriakan orang kecil? Diabaikan! Lebih menyakitkannya lagi, di tengah orang kecil yang bersedih kehilangan kampung halaman mereka, orang-orang di atas sana melakukan transaksi areal LAPINDO. Sungguh manusia-manusia yang tak bernurani!

- Belum lagi aborsi yang merebak dimana-mana, di tempat-tempat gelap, dimana orang tidak dapat melihat dengan jelas. Bumi ini dipenuhi nyawa-nyawa si kecil yang tak berdosa setiap detiknya.

- Narkoba merasuk sampai ke tempat-tempat pendidikan. Bahkan para penegak hukumpun ikut terlibat dalam berbisnis narkoba.

- Agama Allah di sana sini dipakai untuk membenarkan tindakan jahat kelompok-kelompok tertentu. Nama Tuhan dipakai-pakai untuk menghancurkan orang lain.

Kita ini seolah-olah menanti dalam masa seribu tahun agar kejahatan itu dihancurkan dan dilenyapkan dari muka bumi ini.

Apakah keadaan ini lalu membuat kita TAKUT?
Apakah keadaan ini kemudian membuat kita PUTUS ASA???
JANGAN DOOOONGGGGGGGGGG!!!

Dalam minggu-minggu awal masa Adven ini kita diingatkan oleh Gereja akan realitas akhir zaman. Kebanyakan kita mendengar tentang realitas ini dengan takut, karena banyak pembicara yang dengan gegabah menafsirkan akhir zaman sebagai suatu akhir yang menakutkan umat beriman. Tidaklah demikian, Kitab Wahyu malah memberikan harapan yang pasti: Kristus telah menang, Kristus sedang menang, dan Kristus akan menang.

Dalam Wahyu 20: 9-10 ditulis:

“Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”

Maksud dari ayat ini adalah kekuatan dan kekuasaan kejahatan ada batasnya. Si jahat sudah dilumpuhkan oleh darah Kristus yang tercurah di salib, dan si jahat kelak akan dikalahkan secara definitif waktu Kristus datang kembali!

Kemudian Wahyu 21:1-2 melukiskan dengan indah bagaimana: Yerusalem baru akan turun dari surga.

“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

Yang dimaksud dengan Yerusalem baru adalah kerajaan kebaikan dan kebenaran akan menggantikan kerajaan dunia yang penuh dengan kebusukan ini.

Injil Luk 21: 27 juga meneguhkan pengharapan ini dengan mengatakan bahwa “Anak Manusia akan datang kembali dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya.” Benar saudara, bahwa Yesus akan datang lagi dengan segala kemuliaanNya yang besar.

Untuk itulah dengan penuh keyakinan mendiang Paus Yohanes Paulus II setiap kali bertemu dengan kaum muda selalu berkata, “JANGAN TAKUT.”

Dua kata ini adalah dua kata ajaib yang selalu didengungkan oleh Yesus setelah kebangkitanNya dari alam maut. Yesus meneguhkan supaya kita TIDAK TAKUT. Ia telah mengalahkan dunia ini, maka tidak perlu ada alasan untuk takut.

Ketakutan akan melumpuhkan kita. Maka kita perlu sunguh beriman akan kata-kata Yesus ini “JANGAN TAKUT.”

Murid-murid Yesus setelah mengalami salib menjadi takut, dan mereka bersembunyi di balik pintu-pintu terkunci. Yesus mendobrak pintu-pintu itu! Ia tidak ingin murid-muridNya itu takut. Ia juga tidak ingin kita TAKUT!

“TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Mzm 118:6)” demikian seru pemazmur. Ya, benar, kalau Tuhan di pihak kita mengapa kita harus takut pada manusia, mengapa kita takut dengan kekuatan dunia ini? Bukankan seluruh semesta alam ini ada dalam kuasa tanganNya. Kita kan baru saja merayakan Yesus Kristus Raja Semesta Alam untuk menutup tahun liturgi kita minggu lalu? Sang Raja semesta alam berpihak pada kita, lalu siapa lagi yang kita takuti?

Setelah menguatkan kita kaum muda dengan seruan Yesus “Jangan takut!” Mendiang Yohanes Paulus II di awal tahun 2006 kembali menyapa kawula muda dengan menyerukan suatu harapan baru: “You are the hope of the Church, you are my hope. A new missionary age will arise, a new springtime of the Church!

Pertanyaannya sekarang apa itu “NEW SPRINGTIME” ? Apa itu Musim Semi yang Baru? Bukankah di Indonesia tidak mengenal musim semi yang indah itu, karena kita hidup di negara tropis?

A new Springtime of the Church bisa diartikan sebagai Harapan Baru Gereja atau Pembaharuan Bagi Gereja. Dan PAUS YOHANES PAULUS II dengan sangat jelas menunjuk kepada Anda kaum muda sebagai harapan bagi gereja. Gereja membutuhkan pembaharuan yang dimulai dan diprakarsai oleh kaum muda. Bukan melulu pembaharuan liturgi atau metode pengajaran iman, melainkan SEMANGAT dalam menghayati Yesus yang HIDUP yang perlu diperbaharui.

Kapak keputusasaan yang ditancapkan oleh si jahat ditangkal dengan tegas oleh mendiang Paus dengan menyebut generasi muda sebagai generasi yang penuh harapan! Sungguh suatu pujian yang berisi. Pujian yang membangkitkan semangat. Dunia menuduh kaum muda sebagai generasi yang loyo dan tak berpengharapan, Bapa Suci malah membalik fakta itu dengan menyebut Anda kalian sebagai HARAPAN GEREJA, A NEW SPRING TIME OF THE CHURCH!

Di awal tahun 2000 - an, ada suatu gerakan dalam Gereja yang terjadi hampir di seluruh Asia Pasific. Mulai dari Filipina, Korea Selatan, Malaysia, sampai dengan Australia. Roh Kudus berhembus dan menggerakkan banyak kaum muda di beberapa negara untuk mulai bangkit dan berbuat sesuatu bagi Gereja. Dan yang terjadi kemudian adalah kaum muda mulai bergerak dengan network yang ada untuk mulai saling sharring akan Visi Allah, saling menguatkan dan saling bekerja sama.

Hanya membutuhkan waktu 4 tahun untuk bangkit di kawasan Asia Pasific. Tahun 2004, Kebangkitan Kaum Muda benar-benar terjadi. Gereja yang mulai menjadi lebih HIDUP. Banyak kaum muda yang tampil untuk ambil peranan dalam pelayanan Gereja. Kaum muda yang hidupnya dulu banyak diluar Gereja. Kini mulai dijangkau dan dimenangkan untuk sungguh-sungguh mengalami Yesus yang Hidup. Kaum muda menjadi Ujung Tombak bagi Gereja.

Bagaimana dengan kaum muda di Indonesia?

Ada seorang teman pelayan muda yang menanggapi pertanyaan tersebut dengan gurauan, begini katanya, “Lho sebenarnya saat Roh Kudus berhembus tahun 2000 di Asia Pasific dan menggerakkan banyak kaum muda, sebenarnya kaum muda Indonesia juga bergerak, namun masalahnya berhubung kaum muda Indonesia suka NGARET maka Kebangkitan Kaum Muda di Indonesia juga NGARET.” Itu memang hanya sekedar gurauan dari seorang pelayan muda, tapi ada baiknya jika kita juga merenungkan Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Di awal tahun 2005, beberapa pelayan muda di seluruh Indonesia berkumpul dalam Konvensi Nasional (Konvenas) Kaum Muda II Pembaharuan Karismatik Katolik di Yogyakarta. Rupanya inilah momentum yang digunakan oleh Allah untuk mulai menggerakkan kaum muda di Indonesia untuk BANGKIT DAN BERGERAK bagi Gereja. Melalui Konvenas Kaum Muda II tersebut mulai dilakukan PEMETAAN terhadap segala potensi dan permasalahan yang ada di dalam Kaum muda.

Melalui beberapa kali pertemuan maka ada suatu gerakan yang nyata dalam Gereja. Kaum muda mulai bergerak. Dan di awal tahun 2006, diilhami oleh kata-kata Mendiang PAUS YOHANES PAULUS II “You are the hope of the Church, you are my hope”. “A new missionary age will arise, a new springtime of the Church” kaum muda di Keuskupan Agung Jakarta menggebrak dengan kegiatan JAKARTA RENOVATION (Revival Novena For The Arising Generation) 2006.

Saudara-i terkasih, rekan muda yang diberkati Tuhan,

Baru-baru ini, tanggal 28 Oktober, Negara kita Republik Indonesia tercinta memperingati HARI SUMPAH PEMUDA. Dimana kaum muda dari suku yang berbeda, berasal dari daerah yang berbeda atau menggunakan bahasa daerah yang berbeda berkumpul untuk menyatukan Visi demi Masa Depan Republik Indonesia tercinta. Saya yakin hal ini bukan perkara yang mudah untuk menyatukan orang-orang dengan latar belakang yang sangat berbeda.

Dari momentum SUMPAH PEMUDA kita bisa belajar beberapa hal :
1. Visi yang membuat mereka satu
2. Fokus pada Visi bukan pada perbedaan
3. Meletakkan kepentingan Negara diatas kepentingan individu atau golongan

Ada 2 moment yang bisa kita pelajari untuk Kebangkitan Kaum Muda di Indonesia, yaitu yang pertama bahwa Kaum muda harus percaya dan memahami panggilannya dalam gereja. Kaum Muda sebagai PEMBAHARU dan MASA DEPAN GEREJA. Dan yang kedua adalah untuk dapat terjadi Kebangkitan maka Kaum muda harus bersatu dalam VISI (Membangun Tubuh Kristus/Ef 4 : 12). Jika setiap Kaum muda fokus pada Visi Gereja yaitu “MEMBANGUN TUBUH KRISTUS” maka segala perbedaan baik itu beda style, beda komunitas atau apapun tetap bisa berkolaborasi atau saling menghormati dan tidak ada perpecahan atau persaingan dalam Gereja. Dan yang terpenting adalah kita harus berani “KELUAR” dari diri sendiri atau kelompok kita agar kita bisa secara bersama-sama membangun Gereja dan masyarakat.

Karunia Bahasa Roh




Membahas tentang bahasa Roh memang tidak mudah. Banyak terjadi prasangka-prasangka yang tidak sehat di kalangan umat. Ada yang membela membabi-buta, ada yang menolak mentah-mentah. Mengapa hal ini terjadi? Karena karunia Roh ini adalah karunia yang paling kontroversial dan seolah-olah memisahkan antara yang karismatik dan non karismatik. Pembahasan berikut sangat singkat untuk menjelaskan realitas ini, tapi paling tidak sedikit memberikan gambaran yang seimbang.

Pertama-tama bahasa Roh adalah salah satu karunia Roh Kudus (1 Kor 14:2-dst). Karunia adalah gift, anugerah, hadiah dari Allah. Jadi itu bukan barang buatan manusia dan terserah pada yang memberi, yakni Allah. Jadi bahasa Roh bukanlah fenomen gila atau penyakit psikologis, tapi karunia Allah. Jadi tidaklah tepat kalau orang dengan angkuh menolak adanya karunia ini, dan juga sangatlah salah kalau orang bermain-main dengan meniru-niru karunia ini. Karunia adalah pemberian bebas dari Allah, tidak bisa dipaksakan, hanya bisa dan perlu dimohonkan dengan rendah hati.

Lalu bahasa Roh sendiri itu apa? Apakah itu glossolalia (berkata-kata dengan tidak jelas) atau xenoglossia (berkata-kata dalam bahasa asing dengan baik dan jelas tanpa punya pengetahuan tentang bahasa tersebut)? Jawabannya keduanya. Akan tetapi yang lebih biasa terjadi adalah glossolalia, meskipun memang dalam beberapa kasus ada xenoglossia, seperti dalam Pentakosta perdana (Kis 2:1-13). Setelah diadakan penyelidikan, tak ada fenomen bahasa di dalam bahasa Roh, ini melulu ungkapan atau doa Roh pada Allah dengan cara misterius (I Kor 14:2.14), suatu stenagmois alaletois (inexpressible groanings, Rom 8:26) dan untuk membangun hidup rohani pribadi (I Kor 14:4). Ini adalah karunia doa pribadi yang sangat dirindukan oleh para kudus!

Karunia bahasa Roh adalah karunia yang baik dan perlu, tapi tidak begitu penting jika dibandingkan karunia lain yang memiliki dampak sosial langsung, seperti karunia nubuat (I Kor 14:3). Karunia ini adalah karunia biasa (bdk. zaman ‘emas’ karunia ini dalam Kisah Para Rasul), dan bukan karunia elitis yang membuat orang menjadi eksklusif dan merasa diri lebih tinggi daripada orang lain yang tidak menerima karunia ini. Banyak orang yang tidak bijaksana memahami arti karunia ini. Jika karunia itu benar-benar dari Roh Kudus, maka karunia bahasa Roh ini akan membuat kita tetap rendah hati dan bersatu dalam Gereja. Kalau membuat kita sombong dan memecah belah, jangan-jangan itu adalah perbuatan roh jahat.

Meskipun bahasa Roh adalah karunia biasa, namun karunia ini adalah karunia doa yang mendalam yang, sekali lagi, sangat dirindukan oleh para pujangga doa dalam hidup Gereja. Para umat di jaman awal Gereja menggunakan karunia ini dengan ekstensif, lihat Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus. Paulus juga menggunakannya, bahkan mengaku bahwa ia berbahasa Roh “lebih baik” daripada yang lain (1 Kor 14:18). Rasul agung ini, yang menggunakan karunia bahasa Roh dengan bijaksana, menasihatkan agar kita berusaha memperoleh karunia ini beserta dengan karunia-karunia Roh yang lain, namun hendaklah semua karunia itu digunakan untuk membangun jemaat (1 Kor 14:12). Mohonlah karunia ini, dan janganlah menolak jika kita mendapatkannya. Peliharalah karunia ini dengan tekun, karena Allah yang memberikan karunia ini pada kita, tahu apa yang terbaik bagi kita. Janganlah memadamkan karunia Roh Kudus karena malu pada manusia!

Sebagai orang Katolik kita tak perlu takut akan karunia ini. Mengapa harus takut pada karunia Allah? Dampak yang terjadi kalau orang menerima karunia ini adalah: tenang-damai, lega, pikiran terfokus dalam doa, dan feeling the great love of God in prayers. Bagi mereka yang tak mendapat tak usah dipaksakan, berpura-pura mendapatkannya dan meniru-niru, sehingga menjadi aneh, akan tetapi juga jangan menutup diri pada karunia doa ini. Bagi yang mendapat jangan pamer karena ini bukan barang mainan dan barang pameran, tapi karunia kudus dari Allah. Sekali lagi tidak ada status rohani yang lebih tinggi antara yang mendapat karunia ini dan mereka yang tidak mendapatkannya. Ada uncountable karunia yang tersedia, jangan khawatir. Tapi sekali lagi karunia bahasa Roh ini adalah karunia common, umum, maka dari itu mohonkanlah karunia ini dengan rendah hati dan penuh kerinduan mendalam.

Sebagai penutup marilah kita berpegang teguh pada ajaran St. Paulus sendiri: “Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih daripada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat” (1 Kor 14:12).