Thursday, January 8, 2009

Roh Kebenaran dan Hidup


“Berilah kami dengan perantaraan Roh Kudus kebijaksanaan sejati, serta karunia untuk selalu bergembira atas penghiburanNya. Demi Kristus Tuhan kami.”(Doa Veni Sancte Spiritus)

Kutipan Injil Luk 12: 8-12 tentang dosa menghujat Roh Kudus ini banyak menjadi bahan diskusi. Orang banyak mempertentangkan dosa ini tidak dapat diampuni ini dengan Allah yang adalah Maha Pengampun, dan tak ada dosa yang tidak terampuni (mis. Yes 1:18, 43: 25, Rom 5: 20). Tentu kita bertanya di sini mengapa dosa menghujat Roh Kudus ini tidak akan diampuni? Pilih kasihkah Allah?

Masalahnya di sini bukan dari pihak Allah, namun dari pihak manusia. Allah selalu dan selalu menawarkan belas kasih dan pengampunanNya. Allah itu Sang Maha Pengasih. Hanya saja dosa yang dilakukan manusia di sini adalah dosa penghujatan (Y. blasphemein). Menghujat berarti tidak mau menghormati, mengejek, menolak, dan mengutuk. Dosa ini berat, apa lagi yang dihujat adalah Allah dalam Roh KudusNya. Dalam menghujat orang tetap bersikukuh (keras kepala) pada sikapnya yang terus-menerus menolak Allah. Menghujat bukan saja terjadi dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan perbuatan.

Roh Kudus adalah Roh yang memberi hidup (Ayb 33:4, Yoh 4:10, Credo panjang) dan Roh Kebenaran (Yoh 15:26, Rom 14:17). Jika orang menghujat Roh Kudus berarti dia menolak Sang Pemberi Hidup itu sendiri, Sang Sumber Kekuatan. Orang yang menolak kehidupan adalah orang yang mati. Orang ini mati dalam hidupnya. Hidupnya sudah tidak bermakna lagi. Ia menolak keberadaannya sendiri! Maka bagaikan robot-robot tak bernyawa, dia akan hidup tanpa arah, dan kemudian dia akan menjadi penyebar budaya kematian dan menjangkiti orang lain dengan nafas kematian. Orang ini menolak untuk diselamatkan hidupnya. Bagaimana orang dapat diampuni dosanya, jika dia bersikeras memilih untuk mati dalam hidupnya?

Si penghujat juga bersikeras menolak kebenaran. Padahal untuk menyembah Allah, kita harus menyembahnya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4: 23). Ini berarti kita juga mesti hidup dalam kebenaran untuk dapat memaknai hidup ita dengan limpah. Orang Kristiani diundang untuk menjadi pewarta Sabda Kebenaran. Namun jika dia menolak Roh Kebenaran, bagaimanakah dia dapat mewartakan kebenaran? Apakah orang yang tidak mempunyai kebenaran dapat mewartakan kebenaran? Lebih parahnya lagi, mereka yang menolak dan tetap bersikeras menolak kebenaran akan beraliansi dengan si pendusta dan bapa dari segala dusta (Yoh 8: 44).

Sudahkah kita sungguh sadar akan peranan Roh Kudus yang amat penting bagi kehidupan kita sebagai manusia dan sebagai umat beriman? Sudahkah kita membuka diri kita akan kuasa Roh Kebenaran dan membiarkan Ia hidup dengan melimpah dalam diri kita? Marilah kita teladan Bunda Maria, sang Mempelai Roh Kudus yang selalu hidup dalam pimpinan Roh.