Sunday, May 20, 2018

Kotbah Pentakosta






Para Saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, 

Di dalam Injil suci hari ini Yesus bersabda, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menganggungnya. Tetapi, apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Dia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:12-13). Mendengar Injil ini mungkin kita segera bertanya, kebenaran yang mana yang Yesus maksud? Dalam kesempatan yang singkat ini, saya hendak berbicara tentang tiga kebenaran pokok dan penting dari keseluruhan kebenaran yang akan disajikan oleh Roh pada kita.

Pertama, kebenaran tentang misteri iman. Kita tahu bahwa dalam perjalanan Gereja, banyak orang yang berjalan sendiri tanpa bantuan Roh Kudus, mereka hanya akan sampai pada kebenaran yang mereka persepsi sendiri. Sedangkan Roh Kudus membimbing kita pada keseluruhan kebenaran yang jauh lebih besar dan agung daripada apa yang dapat kita pikirkan. Itulah sebabnya seringkali Roh mengejutkan kita dengan kenyataan itu. Bagaimana Roh Kudus dapat membimbing pada kebenaran misteri iman?

Roh yang lahir dari lubuk hati Allah ini mengenal hidup Tritunggal Mahakudus, sumber iman kita, maka Iapun akan mengajar kita untuk mengenal dan mengalami, bukan hanya secara rasional, tapi terlebih secara personal siapakah Bapa dan Putra. Rasul Paulus menulis, “Tidak seorangpun dapat mengaku ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3). Di kesempatan lain, Paulus juga menulis, “Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa’” (Rom 8:15). Paus emeritus Benediktus XV pernah mengatakan bahwa inti kristianitas bukanlah perkara doktrin, tapi perkara bertemu dan mengenal secara intim seorang pribadi, yakni Yesus Kristus. Roh Kuduslah yang membuat kita mengenal-Nya secara intim dan pribadi. Dari sinilah kita akan mengerti dari “dalam” keseluruhan misteri iman yang mendalam itu, jauh melampaui segala rumusan yang tertulis.

Kedua, kebenaran tentang hidup moral. Dalam menjelaskan tentang pekerjaan Sang Penghibur, Yesus juga berkata, “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa” (Yoh 16:8). Ia akan mengusik hati manusia dengan menajamkan suara hati, sehingga ia akan gelisah pada dosa dan bersukacita pada perbuatan baik. Karya Roh dalam menginsafkan dunia akan dosa inilah yang dieksplorasi oleh St. Yohanes Paulus II dalam ensiklik yang diterbitkannya Dominum et vivificantem (1986). Roh yang sama akan membimbing kita dalam memilih hidup menurut Roh dan menolak hidup menurut daging seperti diulas dan dinasihatkan dengan baik oleh Rasul Paulus dalam bacaan kedua hari ini (Gal 5:1-15). Inilah yang kelak disebut oleh St. Thomas Aquinas sebagai instictus Spiritus Sancti (insting Roh Kudus), yakni sebuah dorongan besar dan mendasar di dalam lubuk hati manusia untuk bergerak, merindukan dan memilih yang baik. Dorongan ini akan membuat orang menjadi pribadi bermoral, bukan melulu menjadi penaat hukum, tapi jauh melampaui itu, yakni menjadi pribadi yang berkeutamaan karena ia hidup dalam pimpinan Roh. 

Ketiga, kebenaran hidup spiritual. Roh Kudus akan membimbing kita pada kekudusan! Inilah panggilan hidup untuk semua orang kristiani, panggilan kita semua, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1Tes 4:3). Paus Fransiskus mengingatkan kita semua tentang hal ini dalam ekshortasinya yang terbaru, Gaudete et Exultate (2018). Sehubungan dengan peran Roh Kudus, dengan segera Fransiskus mengingatkan kita, “Biarlah dirimu dibaharui oleh Roh, sehingga semuanya ini akan terjadi, jika tidak engkau akan gagal dalam perutusan yang berharga ini” (GE, 24).

Jadi Roh Kudus adalah maestro dalam hidup rohani kita. Ia telah bekerja pada saudara-saudari kudus kita yang telah mendahului kita. Saya ambil contoh dari kehidupan tiga doktor Gereja. 

Dalam hidup St. Teresa dari Avila, kita tahu bahwa dalam perjalanan hidup rohaninya ada dua titik pertobatannya. Pertama ketika ia disadarkan oleh Roh Kudus akan segala dosa-dosanya, ketika ia berdoa di hadapan patung Yesus yang bersengsara. Kedua, dan ini adalah ledakan bom terbesar pertobatannya, yakni setelah ia melakukan “novena” pribadi dengan berdoa pada Roh Kudus. Di situlah ia mengalami perubahan besar dalam hidupnya yang membuat dia seperti Teresa yang kita kenal yang memahami "bahasa" Allah. 

Kita juga telah mengenal St. Yohanes dari Salib. Seringkali kita tak paham dengan segala penolakan dan askesisnya yang “ekstrim.” Kita salah paham, jika kita hanya melihat penolakan dan askesenya in se. Kita harus melihatnya dari pengalaman-pengalaman imannya akan kuasa dan keindahan Roh Kudus dalam Llama de Amor Viva (Nyala Cinta yang Hidup), sebuah pembahasan mistik tentang Roh Kudus yang menjadi klasik. Dari situlah kita dapat memahami dengan lebih baik nada-nada-nada dari Yohanes. Nada-nya adalah demi todo, yakni Allah sendiri yang telah mempesonanya sedemikian rupa, sehingga ia mau mendaki puncak "Gunung Karmel."

St. Thomas Aquinas sering disebut dengan doctor angelicus. Hal ini karena kejeniusannya mengalir dari kekudusannya, maka dia selalu digambarkan dengan matahari di dadanya. Itulah Roh Kudus! Ayat dari Mazmur yang menjadi kegemarannya dan menjadi semacam dasar semua refleksi teologisnya adalah: “Di dalam terang-Mu Tuhan, kami melihat terang” (Mzm 36:9). Hanya dalam terang Allah, kita bisa berefleksi yang mendalam tentang Allah.Terang itu adalah Roh Kudus!

Begitu indah dan dalamnya peranan Roh Kudus dalam hidup kita. Akan tetapi, sayangnya perhatian kita pada Allah Roh Kudus sangatlah kecil. Teologi Gereja Latin tentang Allah Roh Kudus sangatnya miskin dan kering, tak sesubur dan semendalam gereja timur. Peranan Roh Kudus dalam hidup Gereja baru kembali disinggung dan dibahas dalam Konsili Vatikan II setelah berabad-abad terkubur! Itupun karena kritikan dari para tamu dari gereja timur. Kita perlu bertobat, pun secara intelektual. Dimana kita sembunyikan Dia selama itu?!

Jelas juga tertulis dalam rumusan iman kita bahwa: Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan.” Namun, ini hanya tinggal sebagai rumusan, bukan? Rumusan iman ini seolah-olah tak ada sangkut-pautnya dengan hidup sehari-hari kita sebagai umat beriman. 

Kapan kita berkotbah bahwa Ia adalah sumber hidup Gereja selama berabad-abad? Kapan kita secara pribadi menyembah dan memuliakannya? Kita mungkin menganggap itu pekerjaan kelompok kharismatik saja. Inilah beberapa pertanyaan serius yang patut kita renungkan.

Saudara-saudara terkasih, masih ada sekian banyak kekayaan yang akan diwahyukan oleh Roh Kudus pada kita, jika kita berkehendak hidup dalam pimpinan-Nya. Dialah sumber hidup Gereja, sumber hidup kita. Suatu waktu, saya pribadi sungguh tercekat dengan pernyataan Yves Congar dalam bukunya I Believe in the Holy Spirit. Sebuah penyataan yang sederhana, namun padat makna, demikian bunyinya, “Semua hidup Gereja pada akhirnya adalah sebuah epiclesis.” Epiklesis adalah doa permohonan untuk memanggil kehadiran Roh Kudus. Kata-kata epiklesis yang terkenal dalam ekaristi kudus berbunyi, "Kuduskanlah persembahan ini dengan daya Roh-Mu agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus."

Ya, hidup Gereja pada hakekatnya adalah sebuah permohonan agar Sang Sumber Hidup itu selalu tinggal di dalamnya. Mari kita menyerukan epiclesis ini untuk hidup pribadi kita, keluarga, Ordo dan untuk hidup umat manusia di bumi ini:  

Vieni, Spirito Santo!

Roma, Curia Generalizia dei Carmelitani - Pentakosta, 20.05.18

Karunia-karunia Pengudus dan Kharismatis






Diterjemahkan dari tulisan Mark Shea

Lanjutan pembahasan tentang karunia-karunia Roh Kudus…..

Sakramen krisma bertujuan untuk menjalin persahabatan dengan Allah dan diutus ke tengah dunia. Oleh karena itu, ketika engkau diurapi oleh minyak krisma, Roh Kudus mencurahkan ke atasmu dua macam karunia, yakni, karunia pengudus dan kharismatis. Karunia-karunia ini mencerminkan dua maksud Allah yang berhubungan satu dengan yang lain. 

Karunia-karunia pengudus adalah karunia-karunia yang kita perlukan untuk diri sendiri. Mereka membuat kita diubah menjadi seperti Kristus, mahluk yang berpartisipasi dalam hidup Tritunggal Mahakudus dan membagikan pada kita yang kecil ini rahmat-Nya yang membuat kita putra-putri Allah, yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan yang hidup semakin lama semakin menyerupai Yesus. 

Sebaliknya, karunia-karunia kharismatis adalah karunia.-karunia yang dianugerahkan untuk dibagikan pada orang lain. Mereka dianugerahkan, bukan untuk pertama-tama membangun kita, tapi agar kita dapat membangun orang lain dan membaharui muka bumi.
Contohnya, uang dari orang yang dermawan tidaklah bertujuan untuk membuat orang tersebut menggelembung kegemukan, tapi untuk membantu orang miskin. Orang yang dianugerahi suara merdu untuk bernyanyi, mempersembahkan suara merdunya itu untuk didengar orang lain. Pengotbah ulung bukan berkotbah bagi dirinya sendiri, tapi untuk membangun para pemirsanya. 

Karunia-karunia semacam ini menunjukkan salah satu pokok penting dalam hidup rohani, yakni, orang yang terpilih memang dipilih demi orang yang tak terpilih. Karunia-karunia kharismatis memang mendapatkan banyak sorotan. Misalnya, para kudus seperti Padre Pio dan St. Kristina yang sering mendapat anugerah dari Allah untuk membuat mukjizat yang mengagumkan. Kita akan membahas karunia-karunia ini nanti, tapi yang lebih penting adalah bahwa Tradisi suci mengarahkan kita lebih kepada karunia-karunia pengudus. Mengapa? Karena yang lebih penting bukanlah gemerlap dan dahsyatnya mukjizat yang mengundang banyak decak kagum, tapi kekudusan yang murni.

Juga yang terpenting dalam membantu orang lain menjadi kudus adalah bahwa kita terlebih dahulu bertanggungjawab pada diri kita untuk menjadi kudus, tentu saja dengan bantuan Roh Kudus. Karunia-karunia kharismatis memampukan kita untuk membantu dalam proses dimana Allah membuat orang lain kudus, dengan memenuhi kebutuhan mereka dan menyembuhkan luka-luka mereka.

Akan tetapi untuk membagikan karunia-karunia ini dengan baik, kita terlebih dahulu harus sibuk berbenah diri mengatur hidup kita, itu berarti menghidupi karunia-karunia pengudus, yang sesungguhnya melatih otot rohani kita untuk mengubah kita menjadi kudus.

Allah menjanjikan bahwa kita akan menerima semua karunia pengudus, karena mereka adalah karunia-karunia yang lebih penting. Sebaliknya, meskipun setiap orang menerima masing-masing karunia-karunia atau hal yang semacam karunia (karena setiap orang mendapat perutusan dari Allah dan ia butuh alat untuk mewujudkan perutusan itu), tidak seorangpun mendapatkan entah semua entah sebagian besar karunia-karunia kharismatis.

Sebalinya, menurut St. Paulus karunia dibagikan di seluruh Tubuh Kristus sehingga setiap anggotanya dapat melayani orang lain dengan karunia-karunia khususnya. Namun, setiap orang menerima karunia pengudus yakni: kebijaksanaan, pengetahuan, nasihat, keberanian, kesalehan dan takut akan Tuhan.

Mengapa justru karunia-karunia ini? Karena jika kita dengan tekun memohonkan karunia-karunia itu dengan pertolongan Roh Kudus, mereka akan membuat kita menjadi pribadi yang dimuliakan dan diilahikan seperti Kristus.

Apakah kedengarannya sangat berlebihan? Tidak, sebenarnya ini hanyalah kenyataan yang biasa saja. Inilah apa yang Yesus sendiri janjikan ketika Ia berkata pada kita, Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:3). Inilah juga yang Paulus janjikan kala ia menyatakan, “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1Kor 15:51-52).

Seluruh kehidupan orang Kristiani akan diubah dari dalam keluar menjadi mahluk yang dimuliakan dan diilahikan. Mahluk yang berbagi dengan sempurna hidup mulia dan ilahi yang Yesus miliki sejak Dia keluar dari kubur dan naik ke surga.



*******


Catatan saya:

Tulisan yang bernada populer ini bisa membantu kita melihat secara sekilas peta karunia-karunia Roh Kudus, namun tentu saja kita perlu juga membaca sumber-sumber aslinya yakni dalam pembahasan tentang teologi karunia dari Paulus, terutama dari Suratnya pada jemaat di Korintus. 

Juga bisa dibaca sebuah paparan sistematis teologi tentang karunia dari Thomas Aquinas dalam S.T. I-II, q. 109-114, khususnya pada pembagian sistematis karunia-karunia Roh Kudus yang dibuat oleh Aquinas dalam S.T. I-II, q. 111, art. 1-5.

Beberapa referensi bermutu lain bisa juga dibaca dan direnungkan lebih lanjut:

Brian Davis, Thomas Aquinas’s Summa Theologiae: Guide and Commentary (Oxford: Oxford University Press, 2014), 223-227. Berisi penjelasan tentang pembagian “jenis” rahmat. Karunia pengudus dan kharismatis masing-masing disebut Aquinas dengan: gratia gratum faciens dan gratia gratis data.

Yves Congar, I Believe in the Holy Spirit (New York: Crossroad Herder, 2001), 161-188. Berisi tentang tinjauan sangat kritis terhadap nama “gerakan kharismatik” dan tentang karunia-karunia kharismatis yang ia sebut sebagai the spectacular gifts. 




Benny Phang