Saturday, October 14, 2017

Buku baru: "Rahim untuk Dipinjamkan"



"Rahim untuk Dipinjamkan: Moralitas Kristiani pada Awal Hidup Manusia"
Penerbit Kanisius, 2017








             Sebuah tafsiran mengatakan, manusia pertama jatuh dalam dosa karena godaan si ular. Dalam Bahasa Ibrani, ular disebut nachash, ‘yang bersinar’. Sinar itulah yang membuatnya sangat arum (Ibr.), atau cerdik (lih. Kej 3:1). Melalui sinar itu, dengan cerdik ia menggoda Adam dan Hawa yang keduanya arummim (Ibr.), atau telanjang (lih. Kej 2:25), untuk mendekat. Dialog antara ular yang arum—ia menyamar sebagai malaikat terang, kata Paulus pada 1 Kor 11:14—dengan manusia yang arummim, menghasilkan persekongkolan untuk meredefinisi ciptaan. Itulah akhir hubungan harmonis antara manusia dengan Penciptanya.
            “Kejahatan terbesar zaman ini … (adalah) untuk secara cerdas dan culas meredefinisi embrio sebagai manusia ambigu,” tulis Benny Phang dalam buku Rahim untuk Dipinjamkan ini. Seperti pada kisah Adam-Hawa, awalnya sinar ciptaan dan ‘pohon pengetahuan’ menarik manusia untuk mendekat. Namun, egoisme harga diri akhirnya membuat manusia bernafsu untuk playing God, ‘bermain sebagai Allah’ bagi sesama dengan mengaburkan makna kemanusiaan. Buku ini mengajak pembaca untuk berproses kembali mengakui transendensi Allah sebagai penilai. Inilah kekuatan refleksi teologis buku ini dalam bidang bioetika.                                                                                                           
                                                                                                  
                                                                                                    Henricus Witdarmono
                                                                wartawan, penulis buku, dan penggiat literasi



Ketika budaya kematian seakan-akan menjadi jawaban instan dan penyelesaian masalah yang makin populer di zaman ini. Saat manusia makin melupakan makna kehidupan, bahkan betapa berharga kehidupannya sendiri. Buku ini mengajak kita semua kembali pada kebenaran hakiki tentang budaya kehidupan, tentang apa sebenarnya martabat kehidupan yang membawa kita pada kebahagiaan sejati. Yes, the truth will set you free!
 
dr. Lia Brasali Ariefano
istri, pembicara, dan tenaga medis profesional


Something important that we should know as a Christian... Buku ini mengulas tentang realita yang banyak terjadi di masyarakat, mengenai penciptaan manusia dan identitasnya yang dihubungkan dengan iman dan moral kristiani. Sebuah karya tulis yang pada akhirnya akan membawa kita kepada pengertian akan tujuan awali penciptaan oleh Allah, Yang Maha Kuasa.
dr. Lucia Luliana, SpKFR
pengajar dan praktisi anak-anak berkebutuhan khusus


Ketika saya mencoba untuk memberikan kritik atas konten buku ini yang muncul justru kekaguman saya terhadap P. Benny atas pendalamannya yang luar biasa terhadap proses biologis dan intervensi medik terkini di awal kehidupan manusia. Ia telah berusaha dengan baik “mengawamkan” istilah-istilah berbagai proses biologis dan intervensi medik supaya lebih mudah dipahami oleh kalangan non-medik. Kiranya buku ini perlu (atau bahkan wajib?) dibaca oleh para praktisi kedokteran. P. Benny mengingatkan bahwa kehidupan bukan milik manusia itu sendiri. Buku ini merupakan sumbangsih dan pencerahan yang luar biasa di saat maraknya upaya penduniawian semata awal hidup manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran terkini.

Dr. Raditya Wratsangka, dr., Sp.OG(K)
Spesialis Obstetri dan Ginekologi 
Konsultan Obstetri-Ginekologi Sosial/Kesehatan Reproduksi

Sepuluh topik dalam buku P. Benny ini memberikan penjelasan panjang lebar seputar persoalan moral dalam perkembangan sains khususnya di awal hidup manusia. Pemaparan permasalahan menunjukkan penguasaan pengetahuan yang sangat baik tentang sains terkait dan dikemas dalam bahasa yang dimengerti oleh publik. Telaah kritis dan refleksi penulis terhadap kesepuluh topik mengajak pembaca untuk ikut mencermati praktik-praktik dalam layanan medis dari perspektif moral agar tidak terperosok dalam perangkap si ular modern. Pembaca diingatkan bahwa “embrio dalam tahap apapun adalah pribadi manusia, bukan sekedar sekumpulan sel. Sejak fertilisasi martabatnya sebagai manusia harus dihormati dan hak hidupnya harus dijamin. Menghancurkan embrio sama dengan menghancurkan pribadi manusia, dan ini sama dengan membunuhnya.” Semoga buku ini bisa membuat pembaca lebih cerdas, arif, dan beriman dalam membuat keputusan moral terkait dengan tindakan medis yang dilaksanakan.
Prof. Anita Lie, Ed.D.
Unika Widya Mandala, Surabaya
www.anitalie.com


Tulisan yang sangat berbobot, terlebih karena P. Benny melibatkan moralitas kristiani. Menurut hemat saya tulisan ini akan sangat banyak membantu dunia ilmiah kedokteran pada umumnya dan secara khusus pada bidang reproduksi.

                                                Prof. Dr. dr. F.X. Arif Adimoelja, Sp. And., FSS (Be)

No comments: